Metformin merupakan suatu obat golongan
bigunid yang biasa digunakan pada penderita Diabetes Melitus (DM) atau
penyakit kencing manis. Obat ini berbeda dengan glibenclamide dalam cara
kerjanya, meskipun memberikan tujuan yang sama yaitu mengontrol kadar
glukosa dalam darah.
Cara Kerja Metformin
Metformin bekerja untuk meningkatkan
sensitivitas insulin. Seperti kita telah ketahui bahwa DM terjadi salah
satunya adalah akibat adanya resistensi insulin. Obat ini adalah obat
yang pertama kali diberikan pada penderita yang baru diketahui menderita
DM.
Selain itu metformin juga bekerja
menghambat terbentuknya glukosa oleh hepar. Hepar merupakan organ
terbesar tubuh yang dapat menyimpan cadangan glukosa dalam bentuk
glikogen. Glikogen ini akan diubah menjadi glukosa bila tubuh
membutuhkan asupan glukosa. Untuk proses ini dibutuhkan juga laktat.
Dengan dihambatnya proses pembentukan glukosa maka laktat di dalam darah
akan meningkat.
Indikasi Metformin
Dahulu dikatakan bahwa metformin
diberikan pada individu yang kelebihan berat badan saja. Anggapan ini
tidak benar. Metformin merupakan obat anti diabetes lini pertama baik
pada penderita DM yang obese maupun yang kurus. Selain itu metformin
juga digunakan pada individu yang menderita penyakit akibat resistensi
insulin, seperti PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome).
Dosis awalnya dapat diberikan satu kali
sehari namun kemudian dapat dinaikkan menjadi 3 kali sehari dengan dosis
maksimal sehari adalah 2000 mg. Metformin adalah nama generik. Beberapa
pabrikan farmasi memasarkan metformin dalam kemasan berbeda dan nama
yang berbeda pula seperti: glucophage, forbetes, eraphage. Meskipun
memiliki nama, bentuk pil, dan kemasan yang berbeda, kandungannya adalah
sama.
Meformin pada Kehamilan
Pada wanita hamil dapat terjadi kenaikan
glukosa darah yang dinamakan diabetes gestasional. Pada kasus ini,
kadar glukosa akan kembali normal setelah persalinan. Penggunaan
metformin sama efektifnya dengan insulin (obat pilihan utama pada
diabetes gestasional), namun penelitian terakhir membuktikan terdapat
efek toksik pada janin sehingga penggunaannya dibatasi pada ibu hamil.
Data ini belum didukung oleh penelitian – penelitian yang cukup sehingga
penggunaan metformin masih sering dilakukan pada wanita hamil.
Keuntungan Metformin
Metformin merupakan salah satu obat anti
diabetik yang sangat luas digunakan di seluruh dunia disamping
glibenclamide. Efek sampingnya kecil dan relatif tidak berbahaya.
Kejadian hipoglikemia sangat rendah dibandingkan dengan obat anti
diabetik lainnya.
Keunggulan metformin lainnya adalah
metformin tidak mengakibatkan kenaikan berat badan. Berat badan ideal
merupakan salah satu pilar pengobatan DM sehingga keunggulan ini sangat
berguna. Obat hipoglikemia oral golongan sulfonylurea seperti
glibenclamide dapat menaikkan berat badan bagi penggunanya. Demikian
juga dengan insulin yang dapat menaikkan berat badan hingga 6 kg dalam
1o tahun pengamatan pada pasien yang menggunakannya secara teratur.
Meftormin juga merupakan obat anti
diabetik pertama yang terbukti menurunkan risiko terjadinya penyakit
jantung, dan berguna juga menurunkan kadar kolesterol LDL dan
trigliserida.
Begitu banyak keunggulan metformin,
belum lagi harganya yang murah dan terjangkau bagi masyarakat karena
tersedia dalam bentuk generik.
Efek samping Metformin
Efek samping utama metformin adalah
gangguan pencernaan seperti mual, muntah, kembung, sering buang angin
atau diare. Efek samping ini tidak berat namun pada beberapa individu
merasa terganggu sehingga enggan untuk mengkonsumsi obat ini.
Efek samping terberat pada penggunaan
metformin adalah asidosis laktat. Seperti telah dibahas di awal,
metfromin mencegah terjadinya glukoneogenesis. Pembentukan glukosa oleh
hepar ini membutuhkan laktat; dengan dihambatnya proses ini maka kadar
laktat di dalam darah akan meningkat. Jika ginjal mengalami gangguan
(tidak dapat mengeluarkan asam melalui urine) maka dapat terjadi keadaan
asidosis laktat. Namun keadaan ini tidak melulu disebabkan oleh
metformin, biasanya terdapat keadaan lain yang meningkatkan risiko
sehingga terjadi keadaan asidosis laktat. Faktor risiko ini antara lain
adalah gangguan hepar, gangguan ginjal, riwayat penggunaan alcohol, dan
lain-lain.
Pada individu yang akan mengalami
tindakan pencitraan dengan menggunakan zat kontras, maka disarankan agar
penggunaan metformin dihentikan 2 hari sebelum tindakan. Zat kontras
diyakini dapat mengganggu fungsi ginjal sehingga risiko terjadinya
asidosis laktat meningkat. Namun pendapat ini tidak seluruhnya benar.
Beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan metformin pada keadaan ini
tidak perlu dihentikan karena penelitian menunjukkan penghentian
metformin tidak meningkatkan risiko terjadinya keadaan asam laktat,
karena penyakit DM itu sendiri tanpa penggunaan metformin pun sudah
merupakan salah satu risiko.
Kesimpulan
Metformin merupakan obat antidiabetik
ampuh yang sangat teruji efektifitasnya untuk menurunkan kadar glukosa
darah dan menekan risiko terjadinya komplikasi akibat DM. Efek
sampingnya yang ringan dan harganya yang murah merupakan pertimbangan
lain yang positif bagi pada penderita DM. Meskipun demikian, bagi Anda
yang mengkonsumsi metformin, segeralah konsultasikan dengan dokter Anda
secara berkala untuk mengevaluasi efek samping obat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar