Autis merupakan sebuah gangguan perkembangan mental dari seseorang,
yang biasanya terjadi pada masa kanak-kanak. Seorang autis, tidak dapat
melakukan interaksi secara normal dan sering terkesan memiliki dunia
sendiri. Ketika hal ini terjadi pada masa anak-anak, jenis autis ini
disebut sebagai Autis Infantil.
Autis seringkali dimiripkan dengan schizophrenia, yaitu merupakan
gangguan mental yang membuat seseorang menciptakan dunianya sendiri,
tanpa mau berinteraksi dengan dunia luar. Penderita schizophrenia, tetap
dapat tertawa, berbicara, saat berada di dunia fantasinya. Sepintas
memang mirip dengan tipikal autis. Tetapi, ada perbedaan signifikan
antara autis dan schizophrenia. Autis merupakan sebuah kegagalan dalam
perkembangan mental seseorang, sedangkan schizophrenia disebabkan oleh
regresi penyakit kejiwaan.
Gejala autis dapat dilihat ketika anak memasuki usia sekitar 3 tahun.
Pada beberapa kasus, gejala-gejala ini sudah dapat timbul dan
didiagnosa sejak lahir. Biasanya seorang ibu akan lebih mudah memantau
perkembangan anaknya dan mendapati keganjilan tersebut, ketika anak
berusia kurang dari 1 tahun. Gejala paling signifikan adalah, tidak
adanya kontak mata atau saling tatap mata dari anak tersebut. Jika lebih
lanjut, gejala akan semakin bertambah dengan hilangnya kontak secara
lisan, maupun gerakan lainnya. Jika anak Anda mengalami gejala seperti
ini secara jelas, segeralah berkonsultasi pada ahli psikolog anak.
METODE PEMERIKSAAN MEDIS
Biasanya, para ahli medis akan melakukan beberapa tahapan pengujian dan
diagnosa kepada anak penderita autis. Beberapa diantaranya adalah dengan
melakukan penelitian tahap lanjut tentang gangguan kualitatif pada cara
anak bersosialisasi dengan lawan bicara.
METODE PEMERIKSAAN GANGGUAN INTERAKSI
Metode gangguan kualitatif ini didiagnosa pada cara anak bersosialisasi
dengan lawan bicara. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah
anak tersebut dapat melakukan interaksi timbal balik dua arah secara
konstan. Ketika seorang anak tidak dapat melakukan hal itu, dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut melalui kontak mata. Ketika anak tersebut
termasuk minim dalam melakukan kontak mata, disertai dengan ekspresi
datar atau bahkan tanpa ekspresi sama sekali, dokter bisa segera
mengetahui gejala autis sudah terjadi pada anak tersebut.
Pendiagnosaan kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengujian dengan
cara membaurkan anak tersebut pada teman sebayanya. Jika tidak tercipta
sebuah interaksi dari anak kepada temannya, atau tidak adanya rasa
empati dan tidak mampu mengembangkan percakapan sosial dua arah, dokter
mungkin akan menetapkan, bahwa anak tersebut memiliki gejala autis
kualitatif dalam segi interaksi sosial.
METODE PEMERIKSAAN GANGGUAN KOMUNIKASI
Pada jenis autis ini, umumnya ahli medis akan melihat perkembangan dari
cara berbicara anak. Jika pola berbicaranya tidak teratur, bahkan
terkadang terkesan lambat, dan sering menggunakan kata-kata aneh secara
berulang-ulang. Saat sedang bermain, tingkah laku yang ditunjukkan
seolah kurang memiliki imajinasi, kurang variatif, dan bahkan sulit
untuk menirukan sesuatu.
METODE PEMERIKSAAN GANGGUAN PERILAKU
Pada tahapan autis ini, biasanya seorang anak mempertahankan sesuatu hal
atau benda yang disukainya secara berlebihan. Contohnya adalah, selimut
yang menjadi kesukaannya tidak boleh diambil atau bahkan disentuh oleh
orang lain kecuali dirinya sendiri. Jika orang tua memaksanya untuk
melepaskan selimut tersebut, anak ini akan serta merta mempertahankan
selimutnya dengan sekuat tenaga. Jika tetap di paksa, anak tersebut
terkadang dapat menjadi berang dan geram. Biasanya jika sudah tahap ini,
seorang anak sangat benar-benar membutuhkan penanganan yang tepat
sesegera mungkin. Tahapan yang lebih ringan adalah, terpaku pada satu
jenis kegiatan atau sebuah rutinitas yang mungkin bagi kita tidak
penting. Terkadang anak tersebut juga menunjukkan beberapa gerakan aneh
dan akan terus mengulangi gerakan khasnya itu secara berulang. Ada juga,
anak yang sering sekali terpaku pada suatu minat khusus dengan cara
yang berlebihan.
Ketiga metode biasanya dilakukan untuk mendiagnosa jenis autis apakah
anak tersebut. Biasanya, sebelum anak menginjak usia 3 tahun, dapat
memiliki gangguan seperti keterlambatan dalam berinteraksi dua arah,
gangguan dalam berbicara, serta melakukan rutinitas yang monoton. Dengan
memahami gejala anak ini, orang tua bisa segera melakukan konseling
dengan ahlinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar