NAMA GENERIK
Diltiazem
NAMA KIMIA
Diltiazem
HCl.
(+)-cis-3-Acetoxy-5-(2-dimethylaminoethyl)-2,3-dihydro-2-(4-methoxyphenyl)-1,5-benzothiazepin-4(5H)-one
hydrochloride. C22H26N2O4S.HCl =451
STRUKTUR KIMIA
C22H26N2O4S
GB STRUKTUR KIMIA
283
KETERANGAN
SIFAT FISIKOKIMIA
Diltiazem
HCl: serbuk kristalin berwarna putih atau praktis putih yang larut
dalam air dan alkohol. Inkompatibilitas: diltiazem HCl secara fisik
tidak tercampurkan dengan banyak obat seperti asetazolamid, asiklovir,
aminofilin, ampisilin, kombinasi ampisilin/sulbaktam, sefamandol,
sefoperazon, diazepam, furosemid, heparin, hidrokortison natrium
suksinat, insulin, metilprednisolon natrium suksinat, mezlosilin,
nafsilin, fenitoin, rifampin, dan sodium bikarbonat.1, 2
SUB KELAS TERAPI
Antiangina
KELAS TERAPI
Kardiovaskuler
DOSIS PEMBERIAN OBAT
Angina
pektoris kronis yang stabil, Prinzmetal variant angina: dosis awal
diltiazem HCl 30mg 4 kali per hari. Dosis dapat dinaikkan secara
perlahan-lahan dengan interval 1 - 2 hari sampai pengontrolan angina
yang optimum dapat tercapai.Dosis optimum diltiazem HCl berkisar antara
180 - 360 mg per hari dalam dosis terbagi 3 - 4 kali. Pasien geriatri
dapat merespon dengan dosis yang lebih rendah. Setelah simtom angina
terkontrol, dosis harus perlahan-lahan diturunkan sampai dosis terendah
yang dapat menghilangkan gejala. Apabila diltizam HCl diberikan dalam
bentuk sediaan kapsul lepas lambat, dosis awal biasanya 120 atau 180 mg
per hari. Bila dosis perlu dinaikkan, dosis harus dititrasi dalam waktu 7
- 14 hari.1 ;Hipertensi: untuk pengobatan monoterapi dengan diltiazem,
dosis awal untuk sediaan lepas lambat Herbesser 90 SR 2 kali/hari,
Herbesser 180 SR 1 kali/hari, Herbesser CD 100 - 200 mg 1 kali/hari.
Untuk diltiazem tablet biasa (immeadiate-release) dosis awal 30mg 3
kali/hari dan dosis maksimum 360 mg/hari dapat digunakan dalam dosis
terbagi 3 - 4 kali/hari.1;Supraventricular Tachyarrythmia: Paroxysmal
Supraventricular Tachycardia (PSVT). Untuk kembali segera ke ritme sinus
normal , dosis IV awal 20 mg (0,25mg/kg) dengan waktu pemberian 2
menit. Bila pasien dapat mentolerir dosis pertama, tidak terjadi
hipotensi tetapi respon belum adekuat, dosis kedua 25 mg (0,35mg/kg)
dapat diberikan 15 menit setelah dosis pertama. Atrial fibrillation dan
flutter. Untuk mengontrol sementara ventrikular rate yang cepat pada
orang dewasa dengan atrial fibrillation atau atrial flutter, diltiazem
IV bolus 20mg (0,25 mg/kg) diberikan selama 2 menit. Bila pasien dapat
mentolerir dosis pertama tetapi respon belum adekuat, dosis kedua 25 mg
(0,35 mg/kg) selama 2 menit dapat diberikan 15 menit setelah dosis
pertama.1
FARMAKOLOGI
Diltiazem bekerja dengan
menghambat influx transmembran ion kalsium ekstraselular ke membran sel
miokardial dan sel otot polos vaskular, tanpa merubah konsentrasi
kalsium dalam serum. Dengan menghambat influx kalsium, diltiazem
menghambat proses kontraksi otot jantung dan otot polos vaskular;
sehingga melebarkan arteri koroner dan arteri sistemik utama dan
menurunkan kontraktilitas miokardial. Pada pasien dengan Prinzmetal
variant angina (vasospastic angina), dengan menghambat spasme, diltiazem
meningkatkan pengiriman oksigen ke miokardial.1
STABILITAS PENYIMPANAN
Absorpsi.
Oral 80 %. Bioavailabilitas � 40 %. Terikat dengan plasma protein 80%.
Terdistribusi ke air susu. Dimetabolisme secara ekstensif di liver
(first-past hepatic metabolism); salah satu metabolitnya,
desasetildiltiazem mempunyai 25 - 50% aktivitas dari senyawa induknya. T
� diltiazem 3 - 5 jam. 2 - 4% dari dosis di ekskresi dalam bentuk tidak
berubah di air seni dan sisanya diekskresi sebagai metabolitnya di air
seni dan lewat air empedu.1,2
KONTRA INDIKASI
Diltiazem
HCl oral harus disimpan dalam wadah tertutup rapat terlindung dari
cahaya. Setelah direkonstitusi, serbuk diltiazem HCl dosis tunggal untuk
injeksi hanya stabil selama 24 jam pada temperatur kamar; sisa obat
yang tidak terpakai harus dibuang.1
EFEK SAMPING
Hipersensitifitas
terhadap diltiazem, sick sinus syndrome (kecuali bila menggunakan
ventrikular pacemaker), second atau third degree AV block (kecuali bila
menggunakan ventrikular pacemaker), atau hipotensi yang parah
(sistolik<90 mmHg), atau syok kardiogenik. Diltiazem oral
kontraindikasi pada pasien dengan infark miokard akut dengan kongesti
paru. Diltiazem jangan digunakan pada pasien dengan ventrikular
tahikardi..Diltiazem harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gagal jantung, terutama yang juga menggunakan penyekat beta atau
digoksin, karena diltiazem dapat memperburuk gagal jantung pada
pasien-pasien ini karena kemungkinan efek inotropik negatifnya. 1
INTERAKSI MAKANAN
Digoksin.
Monitor kadar dan gejala toksisitas digoksin bila diberikan bersamaan
dengan diltiazem terutama pada pasien geriatri, pasien dengan fungsi
ginjal tidak stabil. Juga dimonitor turunnya denyut jantung yang
berlebihan, dan atau AV block. Simetidin. Simetidin dapat meningkatkan
kosentrasi plasma diltiazem sebanyak � 58% bila diberikan bersamaan,
diduga karena simetidin menghambat sistem sitokhrom P-450. Siklosporin,
karbamazepin, benzodiazepin, lovastatin. Diltiazem dapat meningkatkan
kosentrasi siklosporin, karbamazepin, benzodiazepin (midazolam,
triazolam) dan lovastatin dalam darah sehingga meningkatkan
toksisitasnya. Rifampin. Rifampin menurunkan bioavailabilitas dan
meningkatkan klearans dari diltiazem dengan menginduksi enzim CYP3A yang
memetabolisme diltiazem. Kombinasi diltiazem dan rifampin harus
dihindari. Penyekat beta. Penggunaan bersamaan penyekat beta dengan
diltiazem dapat mempunyai efek negatif terhadap kontraktilitas
miokardial, denyut jantung (bradikardi), dan konduksi AV.1
INTERAKSI OBAT
Kardiovaskular:3,2-3,4%:
hipotensi. ≤ 1%: bradikardi, atrial fibrillasi atau flutter, sakit
dada, murmur jantung, tahikardi, phlebitis, muka pucat (pallor), asistol
asimtomatik, sinus pause, disfungsi sinus node, gagal jantung, AV
block, bundle-branch block, ECG abnormal, PVC, sinkop, dan palpitasi.
2,5-9% bengkak atau edema (diltiazem oral). Gastrointestinal: s/d 3%:
nausea. ; < 2% anoreksia, muntah, diare, sakit perut, paralytic
ileus, dispepsia, disgeusia, gangguan gigi, kolitis, flatulens,
pendarahan gastrointestinal, gastrik ulser, haus, kenaikan berat badan,
konstipasi, dan mulut kering. Sistem saraf. 1-5%: sakit kepala,
mengantuk, insomnia, mimpi yang tidak normal, pusing atau astenia. ;<
1%: amnesia, depresi, gaya berjalan tidak normal, neuropati,
berkeringat, parestesia, malaise, demam, tinnitus, tremor, vertigo,
hipertonia, gelisah, gangguan kepribadian, dan halusinasi. Hepatik :
Meningkat tes fungsi liver (seperti serum SGOT, SGPT, LDH, kreatin
kinase, alkalin fosfatase, bilirubin). Lokal dan dermatologi. 1%: Ruam.
Ruam bisa sementara dan membaik dengan obat diteruskan; tetapi, erupsi
kulit walaupun jarang dapat berlanjut menjadi eritema multiforme, toksik
epidermal neurolisis, sindroma Stevens-Johnson, dan atau exfoliatis
dermatitis. < 1%: reaksi fotosensitifitas, petechiae, urticaria,
hipertrofi kulit, dan pruritus. Alopecia (jarang).1
PENGARUH ANAK
Penggunaan pada ibu menyusui tidak direkomendasikan.1
PENGARUH HASIL LAB
Keamanan dan efikasi diltiazem pada anak-anak belum diketahui.1
PENGARUH KEHAMILAN
Konsentrasi serum diltiazem dapat meningkat jika digunakan bersama makanan.6
PENGARUH MENYUSUI
Kategori
C. Sejauh ini belum ada studi yang adekuat dan terkontrol dalam
penggunaan diltiazem pada ibu hamil. Diltiazem digunakan pada kehamilan
hanya apabila keuntungannya melebihi kemungkinan resiko terhadap janin.1
PARAMETER MONITORING
Meningkatkan
aminotransferase [ALT(SGPT)/AST(SGOT)], LDH, kreatin kinase (CK,
kreatin fosfokinase, CPK), alkaline fosfatase, dan bilirubin.1
BENTUK SEDIAAN
Tekanan darah, denyut jantung, dan ECG terutama pada awal terapi. Amati gejala hipotensi, dan gagal jantung.4
PERINGATAN
Tablet
30 mg, 60 mg. Tablet lepas lambat: SR 90 mg, SR 180 mg, CD 100mg, CD
200 mg. Larutan injeksi: vial 5 mg/ml (5 ml), ampul 10 mg.
Suppositoria anak:10 mg, suppositoria dewasa:20 mg, rectal tube:10
mg/2,5 ml.2
KASUS TEMUAN
Kurangi dosis pada pasien
dengan fungsi hepar dan fungsi ginjal terganggu; gagal jantung atau
fungsi ventrikular kiri yang terganggu, bradikardi (cegah penggunaan
bila serius), AV blok derajat pertama atau interval PR yang memanjang.
Untuk pengobatan hipertensi sebaiknya digunakan diltiazem lepas lambat
karena khawatir dengan efek samping pada penggunaan diltiazem yang
kerjanya pendek (short-acting, immediate-release) seperti halnya yang
ditakutkan pada penggunaan nifedipine short-acting.4
MEKANISME AKSI
Pasien
melaporkan bila pusing, kaki bengkak, atau sesak nafas (untuk angina).
Pasien sebaiknya mencatat berapa sering nyeri dada, dan jumlah nitrat
dibawah lidah (sublingual) yang digunakan.4
MONITORING
Tidak ada data
Tidak ada komentar:
Posting Komentar