Sabtu, 27 Desember 2014

Diltiazem

NAMA GENERIK
Diltiazem
NAMA KIMIA
Diltiazem HCl. (+)-cis-3-Acetoxy-5-(2-dimethylaminoethyl)-2,3-dihydro-2-(4-methoxyphenyl)-1,5-benzothiazepin-4(5H)-one hydrochloride. C22H26N2O4S.HCl =451
STRUKTUR KIMIA
C22H26N2O4S
GB STRUKTUR KIMIA
283
KETERANGAN

SIFAT FISIKOKIMIA
Diltiazem HCl: serbuk kristalin berwarna putih atau praktis putih yang larut dalam air dan alkohol. Inkompatibilitas: diltiazem HCl secara fisik tidak tercampurkan dengan banyak obat seperti asetazolamid, asiklovir, aminofilin, ampisilin, kombinasi ampisilin/sulbaktam, sefamandol, sefoperazon, diazepam, furosemid, heparin, hidrokortison natrium suksinat, insulin, metilprednisolon natrium suksinat, mezlosilin, nafsilin, fenitoin, rifampin, dan sodium bikarbonat.1, 2
SUB KELAS TERAPI
Antiangina
KELAS TERAPI
Kardiovaskuler
DOSIS PEMBERIAN OBAT
Angina pektoris kronis yang stabil, Prinzmetal variant angina: dosis awal diltiazem HCl 30mg 4 kali per hari. Dosis dapat dinaikkan secara perlahan-lahan dengan interval 1 - 2 hari sampai pengontrolan angina yang optimum dapat tercapai.Dosis optimum diltiazem HCl berkisar antara 180 - 360 mg per hari dalam dosis terbagi 3 - 4 kali. Pasien geriatri dapat merespon dengan dosis yang lebih rendah. Setelah simtom angina terkontrol, dosis harus perlahan-lahan diturunkan sampai dosis terendah yang dapat menghilangkan gejala. Apabila diltizam HCl diberikan dalam bentuk sediaan kapsul lepas lambat, dosis awal biasanya 120 atau 180 mg per hari. Bila dosis perlu dinaikkan, dosis harus dititrasi dalam waktu 7 - 14 hari.1 ;Hipertensi: untuk pengobatan monoterapi dengan diltiazem, dosis awal untuk sediaan lepas lambat Herbesser 90 SR 2 kali/hari, Herbesser 180 SR 1 kali/hari, Herbesser CD 100 - 200 mg 1 kali/hari. Untuk diltiazem tablet biasa (immeadiate-release) dosis awal 30mg 3 kali/hari dan dosis maksimum 360 mg/hari dapat digunakan dalam dosis terbagi 3 - 4 kali/hari.1;Supraventricular Tachyarrythmia: Paroxysmal Supraventricular Tachycardia (PSVT). Untuk kembali segera ke ritme sinus normal , dosis IV awal 20 mg (0,25mg/kg) dengan waktu pemberian 2 menit. Bila pasien dapat mentolerir dosis pertama, tidak terjadi hipotensi tetapi respon belum adekuat, dosis kedua 25 mg (0,35mg/kg) dapat diberikan 15 menit setelah dosis pertama. Atrial fibrillation dan flutter. Untuk mengontrol sementara ventrikular rate yang cepat pada orang dewasa dengan atrial fibrillation atau atrial flutter, diltiazem IV bolus 20mg (0,25 mg/kg) diberikan selama 2 menit. Bila pasien dapat mentolerir dosis pertama tetapi respon belum adekuat, dosis kedua 25 mg (0,35 mg/kg) selama 2 menit dapat diberikan 15 menit setelah dosis pertama.1
FARMAKOLOGI
Diltiazem bekerja dengan menghambat influx transmembran ion kalsium ekstraselular ke membran sel miokardial dan sel otot polos vaskular, tanpa merubah konsentrasi kalsium dalam serum. Dengan menghambat influx kalsium, diltiazem menghambat proses kontraksi otot jantung dan otot polos vaskular; sehingga melebarkan arteri koroner dan arteri sistemik utama dan menurunkan kontraktilitas miokardial. Pada pasien dengan Prinzmetal variant angina (vasospastic angina), dengan menghambat spasme, diltiazem meningkatkan pengiriman oksigen ke miokardial.1
STABILITAS PENYIMPANAN
Absorpsi. Oral 80 %. Bioavailabilitas � 40 %. Terikat dengan plasma protein 80%. Terdistribusi ke air susu. Dimetabolisme secara ekstensif di liver (first-past hepatic metabolism); salah satu metabolitnya, desasetildiltiazem mempunyai 25 - 50% aktivitas dari senyawa induknya. T � diltiazem 3 - 5 jam. 2 - 4% dari dosis di ekskresi dalam bentuk tidak berubah di air seni dan sisanya diekskresi sebagai metabolitnya di air seni dan lewat air empedu.1,2
KONTRA INDIKASI
Diltiazem HCl oral harus disimpan dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya. Setelah direkonstitusi, serbuk diltiazem HCl dosis tunggal untuk injeksi hanya stabil selama 24 jam pada temperatur kamar; sisa obat yang tidak terpakai harus dibuang.1
EFEK SAMPING
Hipersensitifitas terhadap diltiazem, sick sinus syndrome (kecuali bila menggunakan ventrikular pacemaker), second atau third degree AV block (kecuali bila menggunakan ventrikular pacemaker), atau hipotensi yang parah (sistolik<90 mmHg), atau syok kardiogenik. Diltiazem oral kontraindikasi pada pasien dengan infark miokard akut dengan kongesti paru. Diltiazem jangan digunakan pada pasien dengan ventrikular tahikardi..Diltiazem harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal jantung, terutama yang juga menggunakan penyekat beta atau digoksin, karena diltiazem dapat memperburuk gagal jantung pada pasien-pasien ini karena kemungkinan efek inotropik negatifnya. 1
INTERAKSI MAKANAN
Digoksin. Monitor kadar dan gejala toksisitas digoksin bila diberikan bersamaan dengan diltiazem terutama pada pasien geriatri, pasien dengan fungsi ginjal tidak stabil. Juga dimonitor turunnya denyut jantung yang berlebihan, dan atau AV block. Simetidin. Simetidin dapat meningkatkan kosentrasi plasma diltiazem sebanyak � 58% bila diberikan bersamaan, diduga karena simetidin menghambat sistem sitokhrom P-450. Siklosporin, karbamazepin, benzodiazepin, lovastatin. Diltiazem dapat meningkatkan kosentrasi siklosporin, karbamazepin, benzodiazepin (midazolam, triazolam) dan lovastatin dalam darah sehingga meningkatkan toksisitasnya. Rifampin. Rifampin menurunkan bioavailabilitas dan meningkatkan klearans dari diltiazem dengan menginduksi enzim CYP3A yang memetabolisme diltiazem. Kombinasi diltiazem dan rifampin harus dihindari. Penyekat beta. Penggunaan bersamaan penyekat beta dengan diltiazem dapat mempunyai efek negatif terhadap kontraktilitas miokardial, denyut jantung (bradikardi), dan konduksi AV.1
INTERAKSI OBAT
Kardiovaskular:3,2-3,4%: hipotensi. ≤ 1%: bradikardi, atrial fibrillasi atau flutter, sakit dada, murmur jantung, tahikardi, phlebitis, muka pucat (pallor), asistol asimtomatik, sinus pause, disfungsi sinus node, gagal jantung, AV block, bundle-branch block, ECG abnormal, PVC, sinkop, dan palpitasi. 2,5-9% bengkak atau edema (diltiazem oral). Gastrointestinal: s/d 3%: nausea. ; < 2% anoreksia, muntah, diare, sakit perut, paralytic ileus, dispepsia, disgeusia, gangguan gigi, kolitis, flatulens, pendarahan gastrointestinal, gastrik ulser, haus, kenaikan berat badan, konstipasi, dan mulut kering. Sistem saraf. 1-5%: sakit kepala, mengantuk, insomnia, mimpi yang tidak normal, pusing atau astenia. ;< 1%: amnesia, depresi, gaya berjalan tidak normal, neuropati, berkeringat, parestesia, malaise, demam, tinnitus, tremor, vertigo, hipertonia, gelisah, gangguan kepribadian, dan halusinasi. Hepatik : Meningkat tes fungsi liver (seperti serum SGOT, SGPT, LDH, kreatin kinase, alkalin fosfatase, bilirubin). Lokal dan dermatologi. 1%: Ruam. Ruam bisa sementara dan membaik dengan obat diteruskan; tetapi, erupsi kulit walaupun jarang dapat berlanjut menjadi eritema multiforme, toksik epidermal neurolisis, sindroma Stevens-Johnson, dan atau exfoliatis dermatitis. < 1%: reaksi fotosensitifitas, petechiae, urticaria, hipertrofi kulit, dan pruritus. Alopecia (jarang).1
PENGARUH ANAK
Penggunaan pada ibu menyusui tidak direkomendasikan.1
PENGARUH HASIL LAB
Keamanan dan efikasi diltiazem pada anak-anak belum diketahui.1
PENGARUH KEHAMILAN
Konsentrasi serum diltiazem dapat meningkat jika digunakan bersama makanan.6
PENGARUH MENYUSUI
Kategori C. Sejauh ini belum ada studi yang adekuat dan terkontrol dalam penggunaan diltiazem pada ibu hamil. Diltiazem digunakan pada kehamilan hanya apabila keuntungannya melebihi kemungkinan resiko terhadap janin.1
PARAMETER MONITORING
Meningkatkan aminotransferase [ALT(SGPT)/AST(SGOT)], LDH, kreatin kinase (CK, kreatin fosfokinase, CPK), alkaline fosfatase, dan bilirubin.1
BENTUK SEDIAAN
Tekanan darah, denyut jantung, dan ECG terutama pada awal terapi. Amati gejala hipotensi, dan gagal jantung.4
PERINGATAN
Tablet 30 mg, 60 mg. Tablet lepas lambat: SR 90 mg, SR 180 mg, CD 100mg, CD 200 mg. Larutan injeksi: vial 5 mg/ml (5 ml), ampul 10 mg. Suppositoria anak:10 mg, suppositoria dewasa:20 mg, rectal tube:10 mg/2,5 ml.2
KASUS TEMUAN
Kurangi dosis pada pasien dengan fungsi hepar dan fungsi ginjal terganggu; gagal jantung atau fungsi ventrikular kiri yang terganggu, bradikardi (cegah penggunaan bila serius), AV blok derajat pertama atau interval PR yang memanjang. Untuk pengobatan hipertensi sebaiknya digunakan diltiazem lepas lambat karena khawatir dengan efek samping pada penggunaan diltiazem yang kerjanya pendek (short-acting, immediate-release) seperti halnya yang ditakutkan pada penggunaan nifedipine short-acting.4
MEKANISME AKSI
Pasien melaporkan bila pusing, kaki bengkak, atau sesak nafas (untuk angina). Pasien sebaiknya mencatat berapa sering nyeri dada, dan jumlah nitrat dibawah lidah (sublingual) yang digunakan.4
MONITORING
Tidak ada data

Tidak ada komentar:

Posting Komentar